OM SWASTYASTU

Senin, 12 September 2011

APA KABAR KAWASAN PERBATASAN ANTARNEGARA KALIMANTAN BARAT ? oleh Nyoman Sudana



Momentum kehadiran SBY, Presiden Republik Indonesia ke Kalimantan Barat, sebaiknya dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi dan masyarakat Kalimantan Barat untuk mendorong percepatan pembangunan wilayah ini yang masih tertinggal. Apalagi beberapa hari lalu Presiden telah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), suatu program pembangunan Indonesia sampai dengan tahun 2025 yang sangat strategis dan ambisius yang menurut katanya akan menelan biaya sampai dengan 4000 (empat ribu) triliyun rupiah ! Walaupun sesungguhnya Kalimantan Barat pantas kecewa dimana MP3EI belum terdengar sedikitpun menyentuh / memprioritaskan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan. Tidak seperti Koridor VI yang meliputi wilayah Maluku – Papua, yang akan menyentuh langsung pada kawasan perbatasan Papua – Papua Nugini. Pada saat dipresentasikannya MP3EI melalui media TV, saya berharap cemas menunggu disebutnya Kawasan Perbatasan di Kalimantan termasuk dalam sistem MP3EI, tetapi ...... ternyata tidak ada sedikitpun terdengar sedikit prioritas untuk memperhatikan kawasan perbatasan di Kalbar. Mungkin saja ini merupakan salah satu “kegagalan” perjuangan kita selama ini, karena Kalimantan Barat tidak secara terus menerus dan konsisten mempromosikan aspirasinya bahwa bagaimana strategisnya pembangunan kawasan perbatasan antarnegara di Kalimantan demi kejayaan Indonesia, atau memang Pemerintah Pusat belum menganggap isu-isu dan permasalahan perbatasan antarnegara diwilayah itu tidak terlalu penting atau belum adanya political will dari Pemerintah Pusat. Padahal pada saat kedatangan SBY pada tanggal 9 – 10 Juli 2007, SBY sangat serius merespon paparan Gubernur di Pendopo Gubernuran dan sudah berjanji akan segera menindak lanjuti usulan Kalbar mengenai konsep Pengelolaan / Pembangunan Kawasan Perbatasan Antarnegara Kalimantan Barat. Saat itu beliau memerintahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat agar segera menyusun Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antarnegara Kalimantan Barat, yang akan dibahas di sidang Kabinet setelah acara Agustusan 2007, sehingga Presiden bisa segera mengeluarkan INPRES Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan Kalimantan. Sebelumnya Kalbar dan Kaltim selalu memperjuangkan adanya Perpres atau Kepres tentang KASABA (tata ruang perbatasan antarnegara Kalimantan Sarawak Sabah), tetapi Presiden ingin lebih cepat dan konkret, sehingga beliau lebih condong untuk menerbitkan Inpres. Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antarnegara Kalimantan Barat sudah disusun dan sudah disampaikan pula ke Presiden, tapi sampai sekarang belum ada kabar tindak lanjutnya. Memang kita menyadari setelah itu Pemerintah Pusat secara beruntun menghadapi beberapa bencana, sehingga mungkin melupakan prioritas perbatasan tersebut. Dengan mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial kawasan perbatasan antarnegara, Kalbar bahkan sesungguhnya Indonesia bisa berharap akan dapat mengurangi salah satu masalah nasional di bidang tenaga kerja, pengiriman TKI ke Sarawak yang bekerja dibidang perkebunan karena lapangan pekerjaan tersebut juga akan tersedia diwilayah kita.  Walaupun Pembangunan Kawasan Perbatasan sudah selalu masuk dalam prioritas-prioritas program dalam RPJM-RPJM Pemerintah Pusat tetapi belum ada realisasinya secara significant bagi pengembangan wilayah tersebut.
Mumpung saat ini MP3EI masih sedang hangat - hangatnya, baiknya Kalbar harus segera meresponnya / menindak lanjuti dengan penyusunan detail - detailplan yang terkait dengan Koridor III (Wilayah Kalimantan). Walaupun sesuai dengan penjelasan yang kita lihat di TV bahwa Koridor III itu hanya meliputi Koridor Pontianak – Pelangkaraya – Banjarmasin – Samarinda, tetapi perlu diperjuangkan untuk mengkaitkan dengan wilayah-wilayah lain secara keseluruhan di Kalimantan Barat. Sesuai dengan Visi Pembangunan Kalimantan Barat  yaitu : Kalimantan Barat yang Bersatu dan Maju pada tahun 2025. Bersatu dari sistem infrastruktur transportasi utamanya, sehingga hubungan antar kota dan antar wilayah terjangkau dengan lancar / mantap seperti halnya kota-kota di Jawa saat ini, sistem pelayanan tenaga listrik, air bersih dan lainnya yang memadai. Maju, artinya keadaan sosial – ekonomi masyarakatnya, seperti  pendidikan, kesehatan, keamanan dan pendapatan masyarakat / lapangan pekerjaan yang mencukupi.
Apabila MP3EI hanya dimaksudkan membangun Koridor Pontianak – Batas Kalteng – Pelangkaraya, maka wilayah lain di Kalbar ini pasti akan terus tertinggal ! Akan segera terjadi kesenjangan lebih parah antar wilayah di Kalbar, akibatnya pasti fatal ! Oleh karena itulah harus segera dipromosikan Sub-sub Koridor yang terkait. Mungkin Sub- sub Koridor tersebut terdiri dari : Pontianak Metropolitan Area (PMA), Pontianak – Sintang - Kapuas Hulu, Pontianak – Singkawang - Sambas - Aruk, Pontianak – Sukadana - Ketapang, Pontianak – Landak - Entikong dan tidak melupakan juga untuk memasukkan / mengkaitkan dengan Sub Koridor Kawasan Perbatasan Antarnegara Kalbar, Sub Koridor Kawasan Pesisir Kalbar dan Kawasan Perbatasan Antar Provinsi.  
Khusus pada Sub Koridor Perbatasan yang meliputi wilayah Paloh – Aruk – Jagoi Babang – Entikong – Senaning – Nanga Badau – Putussibau – perbatasan Kaltim, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sudah menyiapkan konsep Sistem Pengembangannya. Visinya adalah “Kawasan Perbatasan Antarnegara sebagai kawasan aman, tertib, menjadi pintu gerbang negara dan sebagai pusat pertumbuhan yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjamin Negara Kesatuan Republik Indonesia” (Platform Penanganan Permasalahan Perbatasan Antarnegara dari Departemen Dalam Negeri, Ditjen PUM Wilayah Administrasi dan Perbatasan, tahun 2005). Pengembangan kawasan perbatasan antarnegara di Kalbar terdiri dari zona-zona pembangunan yaitu zona pembangunan di 5 (lima) Border Development Center (BDC) atau Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Zona pengembangan wilayah penunjang, pembangunan jalan akses ke BDC, pembangunan jalan paralel perbatasan / antar BDC dan pengembangan kegiatan ekonomi di koridor jalan akses dan paralel perbatasan. Disamping pendekatan spasial / ruang, juga dilakukan pendekatan sektor, yang bisa dilakukan melalui program-program oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, pihak swasta dan masyarakat, yang meliputi aspek prasarana dan sarana, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek perekonomian wilayah dan aspek politik, hukum dan keamanan.
Dengan kehadiran kembali Bapak Presiden di Bumi Katulistiwa ini, kita masyarakat Kalbar berharap agar beliau ingat kembali tentang Kawasan Perbatasan di Kalimantan, khususnya di Kalbar, yang sesungguhnya mempunyai posisi yang sangat strategis bagi Indonesia. Mudah - mudahan dengan adanya MP3EI, Presiden akan dan bahkan mungkin sudah memasukan program-program pembangunannya yang significant / berarti dan terpadu untuk kawasan perbatasan antarnegara di Kalimantan. Itu berarti akan merupakan berita baik untuk masyarakat Kalimantan Barat. Semoga.
Penulis, Mantan Ketua Bappeda dan
Mantan Ketua BP2KKP Kalimantan Barat

Jumat, 09 September 2011

BISAKAH  BALI TETAP BERTAHAN SEBAGAI TUJUAN WISATA DUNIA?
Nyoman sudana
Hingga kini Bali sekurang-kurangnya telah menerima 25 penghargaan tingkat internasional dari berbagai lembaga publikasi dan negara lain sejak 1998. Sebagian besar penghargaan yang diberikan kepada Bali terutama dalam hal keunikan dan kecantikan alam Bali yang tidak ada duanya. Belum lama ini Bali juga sukses meraih penghargaan The Best Spa in The World dari Majalah Senses Wellnes. Saat ini bintang top dunia YULIA ROBERT sedang shooting film Eat, Pray and Love di Bali ! Bila saatnya film ini ditayangkan diseluruh dunia, maka Bali  pasti akan makin menjadi perhatian masyarakat dunia. Saat ini juga Bali berupaya mendapatkan predikat sebagai "The Best Island" se Asia-Pasifik pada FEBRUARI 2010 dari Majalah Destin Asia merupakah majalah pariwisata yang terbit dan dipasarkan di Hongkong, Singapura, Thailand, India, Malaysia, Australia, Taiwan, dan sejumlah negara di Timur Tengah.
Apakah dimasa mendatang Bali bisa tetap bertahan sebagai tujuan wisata dunia, yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia? Kalau tidak segera diambil langkah-langkah strategis dan berani…penulis yakin itu hanya menjadi kenangan masa lampau ! Bali harus terus menjaga keunikan budaya/agamanya, kecantikan alamnya dengan dukungan dari  pelayanan/infrastruktur pariwisatanya.
Salah satu komponen penting dari aspek pelayanan/infrastruktur pariwisata adalah masalah pemanfaatan ruang Bali,yang segera harus di evaluasi Semua pihak baik yang berwenang maupun para pemuka di Bali segera harus sadar bahwa masa depan Pulau Bali sudah menerima sinyal Lampu Merah ! Lalu lintas di banyak tempat sudah rutin macet-cet! Andaikan sebuah Pelemahan Umah Bali, ternyata pemanfaatan ruangnya sudah  sesak-padat, semrawut / amburadul, tempel sana tempel sini, tidak jelas dimana natah, dan mana bale-adat, area suci/sanggah dipaksa dipepet oleh KM/WC dan tempat jemuran (hal yang sangat tabu bagi budaya Bali), sudah tidak ada tempat untuk dapat bergerak leluasa dan apabila  sedikit tersulut api akan segera terjadi kebakaran dan amblaslah semua asset kita. Untuk Bali hal itu tinggal menunggu waktu !
Kenapa bisa begitu? Kuncinya adalah kesamaan persepsi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Karena RTRW yang ada sekarang mungkin tidak atau belum  memperhitungkan proyeksi kebutuhan dan pemanfaatan ruang pada saat ini apalagi dimasa datang. Penduduk, orang Bali asli maupun pendatang terus bertambah, kegiatan sosial ekonomi akan terus berkembang,  tetapi luas ruang / Pulau Bali yang ada sangat terbatas. Dalam hal ini sangat-sangat wajar saat ini terjadi tumpang tindih kepentingan, rebutan ruang secara membabi buta, masyarakat makin merasa aspek -aspek kehidupan / aspirasi pemanfaatan ruangnya dikuasai oleh kewenangan pejabat dan investor demi kepentingan kantongnya sesaat. Ya, semua harus sadar bahwa Bali sangat kecil ! Tetapi kita  ingin Bali tetap Ajeg, bertekad mempertahankan suasana pelemahan ber-arsitektural Bali yang dilandasi Agama dan Budaya luhung. Dilain pihak Bali dituntut harus tetap semakin sejahtera,  sehingga harus terus dapat berkembang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi, dan tetap memerlukan investasi yang ramah  dengan alam dan budaya Bali. Benang merahnya  adalah Bali harus mempunyai RTRW yang mampu meng-akomodir semua perkembangan sosial ekonomi ditanah Bali, sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki Bali. Keberhasilan RTRW sangat tergantung dari isi rencananya, konsistensi pelaksanaannya dan pengendalian dengan aspek hukumnya yang tegas. Dalam rencana, harus ditetapkan secara tegas kawasan-kawasan yang berfungsi konservasi, yang menjamin tetap seimbangnya alam, sekala-niskala  Bali sampai kapanpun.  Dalam RTRW juga menetapkan sistem pusat-pusat perkotaannya dengan orde yang jelas, sistem transportasi darat, laut dan udara, serta seterusnya. Karena terbatasnya lahan pada kawasan budidaya inilah, penulis mengusulkan harus memanfaatkan lahan Bali seefisien mungkin. Misalnya kalau perlu sistim transportasi darat harus dikaji alternatif sistem kereta api dibawah tanah atau mungkin lainnya! Demikian juga dengan jalan, penulis sangat setuju direncanakan jalan-jalan layang diperkotaan dan mungkin diwilayah pertanian, yang tidak menyentuh langsung lahan pertanian sehingga sawah masih tetap dipertahankan. Tidak seperti jalan IB Mantra yang memakan banyak lahan subur, sementara saat ini kita hanya bisa menyesal dan protes atas tidak keberdayaan yang berwenang mengatur wilayah tersebut. Tapi dulu banyak orang ber ramai-ramai menolak usul ir Tokorde Sukawati untuk membangun jalan layang pada arteri primer lintas selatan Bali itu. Mungkin perlu melihat bagaiman jalan-jalan di Swiss melayang-layang diatas kawasan peternakan/pertanian, menembus bukit dan gunung, sehingga alamnya masih tetap asri karena tidak mungkin dirusak oleh mereka yang ingin berakses langsung ke jalan tersebut.
Pada kawasan khusus / enclave yang merupakan kawasan pelayananan pariwisata dan perdagangan yang wilayahnya terpisah dari desa adat pekraman justru harusnya dipersyaratkan bangunan yang bertingkat tinggi. Tetapi di kawasan desa adat pekraman harus dipersyaratkan bangunan berarsitektur Bali dan maksimun hanya berlantai dua/tiga saja, sehingga masih tetap bersuasana Bali yang khas. Dengan konsep ini pasti ratusan bahkan ribuan hektar lahan dapat dihemat. Seperti apa yang telah dilakukan oleh negara-negara maju seperti Jepang, Australia, Singapura dan lainnya, sehingga mereka tetap mampu mempertahankan suasana khas budaya pedesaannya tanpa digerogoti oleh keinginan investor untuk mendesaknya. Saat ini kita masih bisa menikmati pedesaan yang asri dan tradisional di Jepang, Australia dan lainnya didunia ini, sementara kita ragu bagaimana Bali kedepan dengan RTRW yang tidak memperhitungkan keterbatasan lahannya, dengan tetap bersikukuh mempertahankan tidak boleh membangun gedung melebihi pohon kelapa...sehingga lahan makin cepat habis dan wajar terjadi banyak kepentingan yang mengakibatkan konflik merebutkan lahan subur, menggrogoti kawasan konservasi bahkan memepet kekawasan suci serta terdesaknya desa pekraman. Saya  mendukung Bapak Gubernur mengevaluasi RTRW dan semua PERDA yang tidak berorientasi pada Ajeg Bali ! Membangun dan menjaga Bali dengan men-sejahterakan rakyat Bali dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, agama dan budaya Bali. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, baik bagi mereka yang berduit maupun masyarakat umum yang mencoba melanggar RTRW demi kepentingannya. Semoga aspirasi ini dapat menjadi renungan bagi kita orang Bali dan khususnya bagi mereka yang berwenang dan yang merasa dirinya pakar dan pemuka !

    *
Nyoman Sudana, mantan Kepala Bapedda Kalbar dan Ketua Badan Persiapan Pengelolaan Kawasan Khusus Perbatasan Kalbar, kelahiran Blahbatuh Gianyar, tinggal dikota Pontianak & Surabaya.

Pelemahan Umah  = Denah Rumah Tradisional Bali
Natah = halaman tengah
bale-adat = rumah tradisional Bali
sanggah = tempat bersembahyang
pelemahan = denah /tata ruang
sekala-niskala = sesuatu yang nyata dan yang tidak nyata
desa adat pekraman = suatu wilayah pedesaan yang disatukan oleh kesamaan adat dan agama
Ajeg = tetap bertahan

ISTRIKU PASANG PACEMAKER/PACU JANTUNG

ISTRI DIPASANG ALAT PACU JANTUNG
(ditulis oleh suami tercinta)
Sejak masih remaja Hartati Darmantari ( bu Nyoman Sudana ) sudah merasakan adanya gejala-gejala kurang sehat, sering berkeringat dingin yang biasanya akan mengarah kepingsan (bahasa Jawa : geliyengan), apalagi bila mengikuti upacara disekolah atau berpanas-panas diterik matahari. Sehingga dia selalu menjadi langganan penerima dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah dilapangan terbuka yang memberatkan atau kena panas matahari langsung. Pada waktu itu belum diketahui dia sedang menderita penyakit apa, mungkin diperkirakan hanya kurang tenaga saja, apalagi saat itu dia relatif agak kurus. Pada saat nikah ditahun 1973 beratnya hanya 39 kg saja. 
Setelah berkeluarga dan berat badannya sudah seimbang dengan tingginya, ternyata masih juga sering merasakan pusing-pusing, cepat lelah dan kadang-kadang merasa akan pingsan (istilah bahasa Jawanya terasa sliut-sliut didalam kepala). Itu sepertinya darah tidak lancar mengalir didalam otaknya. Dengan kondisi seperti itu bu Nyoman Sudana akhirnya selama bertahun-tahun menjadi langganan dari dokter spesialis penyakit dalam dan ahli alergi yaitu Prof DR dr PG Konthen, SpD. Dan selanjutnya setelah terindikasi bahwa penyakitnya adalah kelainan jantung maka kemudian beralih ke dokter spesialis jantung Prof dr Djoko Soemantri, SpJP, selama lebih kurang 4 (empat) tahun.
Pada sekitar Oktober 2007 pada saat bu Nyoman sedang menghadiri upacara Nyekah (lanjutan dari upacara Ngaben, termasuk nanda Fina / keponakan) di Bali, dia mendadak lunglai jatuh pingsan tidak sadarkan diri, bahkan pada saat pingsan dia mendengkur dan  ngompol …. Banyak orang memperkirakan keadaannya sudah kritis, padahal sebelumnya tidak ada keluhan-keluhan sakit atau tidak enak badan seperti biasanya. Bersyukur atas bantuan mbok Esti yang telah melakukan tindakan darurat di Kliniknya, akhirnya bu Nyoman siuman kembali dan langsung dibawa ke RSU Sanglah di Denpasar. Dia selanjutnya harus dilakukan perawatan inap selama lebih kurang lima hari disana.  Pada waktu itu diperkirakan  kemungkinan ada masalah didalam otaknya sehingga juga harus dilakukan perekaman otaknya disana. Perawatan selanjutnya dilakukan di Surabaya, kembali dilakukan oleh dr Djoko, karena beliau yang sudah mengetahui sejarah penyakitnya.
Sebelum kejadian di Bali tersebut, yaitu pada akhir September 2005 bu Nyoman juga pernah dirawat inap beberapa hari di Rumah Sakit Surabaya Internasional (Ramsay Health Care) di jalan Nginden Intan Surabaya karena pusing yang luarbiasa dan tekanan darah yang sangat tinggi, dibawah perawatan Dr Liliek Murtiningsih, Sp.JP. Karena keluhan tersebut maka dilakukan  CT Scan terhadap kepala, akan tetapi pada saat itu tidak ditemukan hal-hal yang serius kecuali terlihat adanya  sinusitis maxilaris dibagian kiri.
Keadaan sehari-hari bu Nyoman sebetulnya dalam keadaan normal, dia masih bisa melakukan kegiatan seperti biasanya. Bahkan rajin berolahraga dengan treadmill dirumah atau jalan kaki setiap pagi. Tapi pada saat-saat tertentu, serangan penyakit seperti pusing-pusing, merasa akan pingsan / sliut-sliut, datang dengan tiba-tiba baik pada saat tiduran, saat menyetir mobil dijalan atau saat sedang ngobrol…., dan intensitasnya bertambah sering terjadi.
Setelah dirasakan tidak ada perkembangan yang makin baik maka atas saran seorang teman, pada awal tahun 2010 maka dicobalah second opinion ke Dr.Hendry S.Kawilarang, SpJP. Sistem pemeriksaan yang dilakukan oleh Dr Hendry dirasakan lebih mendetail dan selalu melakukan diagnose-diagnosa dengan berdasarkan hasil laboratorium. Pada prinsipnya selalu ditemukan adanya ritme jantung abnormal (aritmia) dan tentu keluhan-keluhan yang makin sering terjadinya seperti  rasa kelelahan, pusing kepala dan mengarah kepingsan. Karena belum ditemukan secara pasti penyakit jantung apa yang diderita jika dilakukan pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) yang standar, maka pada tanggal 23 Maret 2010 Dr.Hendry minta dilakukan rekaman jantung dengan Holter Monitoring di Gleneagles Diagnostic Centre di Jalan Taman Ade Irma Suryani 5 Surabaya. Holter monitor adalah suatu jenis monitor jantung portabel kecil Elektrokardiogram (EKG). Perangkat ini harus dipakai dalam kantong yang diikat dipinggang sipasien. Alat ini menyimpan catatan dari irama jantung, selama periode 24-jam, sementara pasien diminta membuat catatan dalam buku catatan, menulis kegiatannya dan gejala yang mungkin dirasakan setiap saat terjadinya suatu gejala khusus. Rekaman EKG ini kemudian akan berkorelasi dengan catatan tersebut seperti kapan terjadinya gejala pusing, mau pingsan atau sliut-sliut yang dialami pasien. Monitor Holter sangat berguna untuk mengidentifikasi gangguan yang sporadis / tidak menentu dan yang tidak mudah diidentifikasi dengan tes elektrokardiogram biasa dalam sesaat. Pemantauan rawat jalan (Holter monitoring dan perekam acara) dilakukan untuk tujuan pemantauan rawat jalan adalah untuk mencari bukti terjadinya masalah dalam jantung sipasien, masalah yang datang dan pergi, dan yang tidak jelas ketika EKG standar yang dilakukan. Pemantauan rawat jalan sangat bermanfaat dalam mendiagnosis aritmia jantung sementara, dan iskemia jantung sementara.
Hasilnya ternyata memberikan gambaran yang sangat akurat tentang irama jantung yang terjadi selama 24 jam tersebut. Dr. Thersia Muktiwidjojo, SpJP, dokter dari  Gleneagles Diagnostic Centre menyimpulkan bahwa bu Nyoman sedang menderita Sick Sinus Syndroma dengan minimum Heart Rate 27 BPM (beats per minute)  terjadi pada jam 1 malam, dan maksimum Heart Rate 142 BPM terjadi pada jam 5.42 pagi. Itu artinya dia menderita ritme jantung abnormal (aritmia), yaitu  bradikardia atau denyut jantung lambat dan takikardia atau denyut jantung yang cepat. Terbaca dalam hasil Holter Monitoring, bradikardia sering terjadi selama 24 jam itu. Keadaan bradikardia selam 2,5 detik itu sudah menuju pingsan atau terasa sliut-sliut. Pada tengah malam bahkan terjadi selama 9,2 detik…..itu betul-betul dalam keadaan pingsan pada saat dia tidur. Kalau grafik bradikardia mendatar yang menerus lebih dari itu… mungkin keluarga akan menemukan dia sudah tidak bernafas pada pagi harinya …. Seperti kta ketahui bahwa pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (BPM).
Sick sinus syndrome adalah suatu sindrom relatif jarang terjadi.  Hal ini dapat mengakibatkan banyak ritme jantung abnormal (aritmia). Irama yang abnormal sering juga disebabkan atau diperburuk oleh obat-obatan penyakit lain yang diminum secara terus menerus. Sindrom sick sinus lebih umum pada orang dewasa tua, di mana penyebabnya adalah sering non-spesifik / tidak diketahui persisnya. Penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan penyakit katup aorta dan mitral dapat berhubungan dengan Sindrom sick sinus, meskipun hubungan ini mungkin hanya insidental.  Meskipun banyak jenis sindrom sick sinus tidak menghasilkan gejala, pasien mungkin selalu dengan gejala seperti: Nyeri dada, Sesak napas, Kelelahan, Sakit kepala, Mual dan Pingsan. Untuk menjamin denyut jantungnya berfungsi normal maka harus dipasang alat pacu jantung selain harus terus meminum obat agar denyut jantung tidak terlalu cepat.
Begitu Dr.Hendry melihat hasil Holter Monitoring, dia merekomendasi agar bu Nyoman segera masuk ICU, dan berkonsultasi dengan Dr. Iswanto Pratanu, SpJP(K), seorang dokter ahli jantung yang terkenal di Surabaya yang ahli melakukan operasi-operasi jantung termasuk untuk memasang alat pacu jantung. Setelah berkonsultasi dengan dokter Iswanto, beliau memutuskan akan segera memasang alat pacu jantung tetapi harus menunggu selama 3 (tiga) hari, guna  menetralisir obat pengencer darah yang diberikan oleh dokter Hendri sebelumnya. Kemudian Dr. Iswanto memberikan obat baru untuk mengatasi  bradikardia atau denyut jantung lambat, sehingga  bu Nyoman tidak perlu dirawat di ICU, tapi cukup istirahat dirumah saja.
Akhirnya pada tanggal 29 Maret 2010, bu Nyoman Sudana di implantasi / dipasang alat pacu jantung (pacemaker) pada dada sebelah kiri oleh Dr. Iswanto Pratanu, SpJP(K) di Rumah Sakit Husada Utama. Rumah Sakit Husada Utama kebetulan bisa mengakomodir Askes yang dimiliki oleh Nyoman Sudana, sehingga biaya dapat dihemat sekitar 50 %.  Dengan alat pacu jantung itu maka jantung akan berdenyut normal sesuai yang diinginkan (diatur oleh dokter) pada saat terjadi denyut di bawah 60 bpm (bradikardia). Pada saat jantung bekerja normal atau lebih cepat maka alat pacu jantung secara otomatis akan berhenti bekerja. Untuk mengendalikan denyut jantung jangan sampai di atas 100 bpm (takikardia) maka diperlukan obat secara terus menerus yang harus diminum oleh bu Nyoman sampai seterusnya..
Dengan dipasangnya alat pacu jantung didada bu Nyoman, mudah-mudahan telah menjamin tugas jantung kembali bekerja normal.  Sampai saat ini bu Nyoman tidak lagi terganggu dengan gejala-gejala yang sebelumnya dirasakan. Bersyukur sekali bahwa masalahnya sudah dapat diatasi, dan mudah-mudahan kesehatannya akan terus stabil dan baik.  Seperti kita ketahui tugas jantung adalah memompa darah ke seluruh organ tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan di paru-paru. Kemampuan otot jantung melaksanakan tugas tersebut per lahan-lahan akan menurun sesuai bertambahnya usia. Penurunan kemampuan ini akan makin terasa apabila ada keadaan lain yang ikut  mempengaruhi fungsi otot jantung tersebut. Untuk itulah diperlukan  alat pacu jantung permanen dalam tubuh pasien. Alat pacu jantung itu, berupa generator yang bisa memberikan aliran listrik secara periodik untuk memacu denyut jantung. Berbeda dengan alat pacu jantung temporary, yang generatornya berada di luar tubuh. Pacu jantung permanen generatornya ditanam di dalam tubuh yang dipasang elektroda, semacam kabel untuk menghubungkannya dengan jantung. Dia akan merangsang jantung untuk berdenyut dengan frekuensi sesuai kebutuhan tubuh. Alat ini generatornya menggunakan batere khusus yang tahan 6 (enam) hingga 7 (tujuh) tahun, yang harganya antara yang paling murah sekitar Rp 15 juta sampai yang mahal sekitar Rp 45 juta. Sehingga setiap 6 – 7 tahun harus dioperasi lagi sekedar ganti batere……
Belajar dari pengalaman hidup bu Nyoman Sudana maka ada baiknya kita juga memahami sedikit mengenai fungsi jantung tersebut. Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Berapa sebenarnya jumlah rata-rata denyut jantung yang normal? Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai BPM (beats per minute). Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (BPM). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi. Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan stetoskop.
Meskipun jumlah denyut bervariasi, tapi denyut yang terlalu tinggi atau rendah dapat menunjukkan adanya masalah yang mendasar. Konsultasikan ke dokter jika denyut Anda secara konsisten di atas 100 bpm (takikardia) atau di bawah 60 bpm (bradikardia), terutama jika disertai gejala lain seperti pusing, sesak napas atau sering pingsan.
Kita semua tentu maklum jantung adalah organ yang sangat penting dalam tubuh kita, yakni untuk memompa darah agar beredar ke seluruh tubuh. Tapi ternyata jantung bukan cuma mengempis menggelembung untuk memompa. Jantung juga berhubungan dengan elektrokimia, yakni bagaimana sinyal kimia berubah menjadi sinyal listrik.  Jantung merupakan organ yang sangat efisien dan tangguh. Rata-rata pada orang dewasa normal setiap menit jantung memompa 5 liter darah, dan kalau sedang olahraga dapat meningkat menjadi 25 liter per menit. Katup jantung harus membuka dan menutup 70 sampai 80 kali per menit. Untuk 20 tahun saja, frekuensi ini sama dengan 750 juta menutup-membuka. Alat pompa ini bekerja tanpa kenal lelah sepanjang usia hidup manusia, bahkan tanpa perawatan rutin atau turun mesin. Untuk menjaga agar bekerjanya prima, kita biasanya dianjurkan dokter mengonsumsi makanan sehat yang seimbang dan olahraga teratur.